UNGKAP SEORANG GURU, DI MASA PANDEMI SISWA BELAJAR SECARA DARI/LURING TERNYATA KURANG EFEKTIP

PANGANDARANNEWS.COM/TASIKNEWS-Merebaknya pandemi membuat segala bentuk aktivitas harus dilakukan secara daring, termasuk kegiatan belajar mengajar bagi siswa sekolah. Namun, kegiatan itu mengalami banyak kendala terutama pada masalah akses internet dan juga banyaknya siswa yang tidak punya handphone android. Masalah ini harus bisa diatasi oleh para guru yang dituntut untuk bisa tetap melangsungkan kegiatan belajar mengajar bagaimanapun kondisinya.

Seorang guru yang mengajar di SD 2 Karang  Kecamatan Karangnungal Kabupaten Tasikmalaya, Uus,   rela mendatangi rumah murid-muridnya agar tetap bisa melakukan pembelajaran tatap muka, karena tidak semua  orang tua  mempuyai android  atau terkadang terkendala akses internet dan juga jaringan internet  sering gangguan membuat akses internet sulit.

Sejak Pandemi Covid-19 aktivitas siswa dan guru di sekolah pun terpaksa ditiadakan, peserta didik hanya belajar dari rumah dengan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring).

Menurutnya, di era new normal ini dunia pendidikan pun terus berbenah agar tetap bisa memberikan pelayanan pendidikan yang baik kepada siswa, diantaranya dengan menggabungkan daring dan luring.

"Kami tetap mengupayakan agar siswa tetap bisa belajar, model pembelajaran jarak jauh dengan sistem daring walau sejujurnya belajar dengan cara ini tidak efektif, “ujarnya.(28/7)

Alasannya, kata Uus, peserta didik dengan penndidikan dan penguasaan teknologi yang rendah, sarana prasarana belum memadai serta keadaan perekonomian masyarakat yang masih lemah, jelas tidak akan bisa mengikuti belajar daring ini.

Karena, ujarnya lagi, tidak semua siswa memiliki laptop dan smart phone untuk mengikuti belajar melalui virtual, sehingga 180 siswa yang ada di SD 2 Karang hanya setengahnya saja yang dapat mengikuti belajar daring.

“Alasan lainnya, peserta didik tidak berada di rumah saat belajar daring dimulai karena mereka pun harus membantu orang tua seperti pergi ke swah bahkan menjadi buruh dan berjualan di pasar, “ungkapnya.

Kata Uus, upaya agar peserta didiknya tetap mendapatkan hak belajar saat ini, ia pun mencoba dengan membuat kelompok belajar kecil yang terdiri dari tiga atau empat orang siswa. Siswa diberikan hak untuk memilih kelompoknya masing –masing atau bisa juga dengan melakukan kunjungan ke rumah siswa yang belum bisa bergabung ke kelas daring.

Selanjutnya makukan diskusi terbuka untuk mengetahui kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi siswa. Ketika hal ini dilakukan maka guru bisa menganalisa faktor penghambat yang dihadapi siswa, sehingga tindakan tepat bisa dilakukan dengan cepat. Ketiga, siswa akan mengikuti kelas daring jika materi yang disampaikan guru menarik dan menyentuh langsung dengan kehidupan sehari-hari siswa, dan tentunya keterampilan siswa dalam mengelola kelas daring dengan baik pun akan memberikan kontribusi besar pada keefektifan pembelajaran dengan cara ini.

Uus juga merasa khawatir pandemi ini tentu saja bisa berpeluang mengancam kualitas pendidikan dan menghilangkan hak siswa untuk belajar. Sehingga pengaruh dan peran orang tua pun menjadi sangat besar terhadap pendidikan anak saat ini. Pengaruh inilah yang harus dimanfaatkan guru untuk mewujudkan pembelajaran daring yang efektif, orangtua perlu dilibatkan ketika kegiatan pembelajaran daring.

“Dan tidak menutup kemungkinan proses pembelajaran bisa dilaksanakan siswa dari tempatnya bekerja membantu orang tua, sehingga penerapan pembelajar sekarang ini membuat tugas guru pun semakin berat, “kata Uus.

Sementara secara terpisah Kepala SD 2 Karang, Dedi, mengatakan, ia merasa heran karena sekarang mall-mall, pusat perbelanjaan dan tempat hiburan dibuka tapi sekolah masih diliburkan.

“Aneh juga ya, “ungkapnya.(ANWARWALUYO-UDIRUSTANDI)

Related

TASIK NEWS 4877573264349512067

Posting Komentar

emo-but-icon

item