YANG NYINYIR, NYINYIRLAH....

PANGANDARANNEWS-Ditemui di sela-sela kesibukannya, Bupati Pangandaran, H. Jeje Wiradinata, mengatakan, bukan tidak tahu ketika ada warga yang kerap memposting beberapa kritikan terkait kebijakannya di sosial media (sosmed), tapi baginya lebih penting terus bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang lebih besar dan bermanfaat untuk masyarakat.

Menurutnya, di jaman milenial ini kemajuan teknologi merupakan keniscayaan yang harus dihadapi, karena sekarang masyarakat akan dengan mudah mengungkapkan apa yang ada dalam pkirannya, dan dengan mudah pula terakses hingga tak terbatas ruang dan waktu.

Artinya, kata Jeje, niatnya untuk terus membangun daerah tempat dimana ia dilahirkan pun tidak berhenti hanya karena ada segelintir warga yang “nyinyir”.

“Mungkin selama ini energi saya lebih fokus pada tugas-tugas untuk menjawab keinginan masyarakat, sehingga hal-hal seperti pun belum jadi perhatian, ”ungkapnya.

Sebagai kabupaten baru, kata Jeje, maka fokus pembangunan pun diletakan pada beberapa bidang  dalam Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD), sehingga ia menjadi sangat penting karena  bidang-bidang ini diharapkan mampu menjadi lokomotif pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu penetapan perioritas pun menjadi hal yang sangat urgen untuk tercapainya cita-cita pembangunan walau dalam kondisi banyaknya kekurangan sumber daya, baik Sumber Daya Manusia (SDM), anggaran dan keterbatasan lainnya.

Salah satu contoh, kata Jeje, kenapa infrastruktur terutama jalan menjadi salah satu 4 skala perioritas kebijakannya, karena di tahun 2015 lalu awal masa kepemimpinannya, kondisi jalan di Kabupaten Pangandaran hanya 20 % atau sekitar 99,8 kilo meter saja yang bisa dikatakan bagus dari 504 km panjang jalan milik pemkab. Padahal jalan menjadi salah satu faktor kunci untuk jalannya perekonomian, sosial, pendidikan, politik, budaya dan lainnya.

Seiring berjalan masa pemerintahan dibawah pimpinannya hingga akhir tahun 2019, 88 % atau sekitar 403 kilo meter kondisi jalan sudah bagus dari target 95 % pada RPJMD tahun 2021.

“Artinya lagi, jika melihat perkembangan ini maka  lnsya Allah tahun 2021 nanti capaiannya akan di atas target RPJMD. “jelas Jeje.

Disoal tentang sebutan bupati taman, dengan tenang ia mengatakan, mungkin sebutan itu kurang lengkap, karena kata Jeje, jika mau bisa juga ia disebut bupati infrastruktur jalan, bupati rumah sakit, bupati puskesmas, bupati jembatan dan lain-lainnya, atau mungkin saja orang yang mengatakan itu kurang lengkap menerima informasi secara keseluruhan.

Jeje juga mengakui, kekurang pasti ada, tapi ia berharap masyarakat juga harus fear dan tidak hanya menilai hanya dari kekurangannya saja.

Terlahir dari keluarga sederhana, membuat Jeje pun sangat terobesesi untuk memberikan pelayanan terbaik di sektor kesehatan dan pendidikan, ia ingin masyarakat Pangandaran tidak lagi dibebani biaya kedua kebutuhan dasar itu. Maka dibangunlah puskesmas-puskesmas megah untuk memberikan pelayanan di bidang kesehatan serta program Pangandaran Hebat (Pahe) untuk mengratiskan biaya pendidikan hingga wajib belajar (wajar) 12 tahun.

Kemajuan bangsa harus dimulai dengan pendidikan yang memadai, untuk itu pemerintah hadir dengan memberikan layanan pendidikan pada anak-anak bangsa hingga bisa tercipta generasi tangguh yang siap bersaing dan tidak akan menyerah pada perkembangan jaman dan pesatnya teknoligi.

“Teknologi selalu terbarukan, maka kita harus mempersiapkan generasi muda cerdas yang mampu melewati tantangannya, “tegas Jeje.

Sekali lagi,  jika hanya untuk menanggapi “nyinyir”, maka energi pun akan terbuang sia-sia. Padahal, kata Jeje, masih banyak hal-hal yang lebih bermanfaat yang harus dikerjakan untuk memenuhi keinginan masyarakat dan menjawab persoalan-persoalan besar untuk sebuah kemaslahatan.

“Silahkan kritik, tapi harus porposional dan profesional sehingga kami pun jadi tahu dimana letak kekurangannya dan sampai dimana capain yang sudah dilaksanakan, “ujarnya.

Baginya, masih banyak persoalan besar di depan mata yang harus menjadi fokus untuk terus mengejar ketertinggalan Pangandaran yang masih seumur jagung dari daerah lainnya di Jawa Barat. Dan jika ini dihadapi bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat sesuai porsinya masing-masing, maka persoalan dan tantangan pun akan menjadi ringan. 

Karena perbedaan merupakan suatu keniscayaan yang harus dihadapi dengan bijak, maka tidak ada persoalan ketika sebuah nyinyir (baca; kritik) diletakan pada kontribusi kontekstual, dan jika konstruktif, karena itu pun merupakan bagian dari sebuah proses pembangunan.

“Jadi yang nyinyir, nyinyirlah....”ungkap Jeje. (hiek)





Related

berita 6287566358062091427

Posting Komentar

emo-but-icon

item