UNTUK BANTU KELUARGA, SELEPAS SEKOLAH FATUR JADI PEMULUNG

PANGANDARAN-fatur Abdul Gani siswa kelas IX SMP Negeri I Padaherang Kabupaten Pangandaran mungkin selayaknya mendapat perhatian dari banyak pihak, pasalnya keinginan untuk bisa terus bersekolah harus ia lewati dengan perjuangan hidup yang berat.

Bagaimana tidak,  di usianya terbilang belia, saat keinginan untuk bermain dengan teman sebaya harus dilewati. Ia harus rela menyisihkan waktu bermainnya untuk mencari rongsok atau barang-barang bekas, karena  dari usaha itulah Fatur yang hidup bersama ayah dan satu orang adiknya bisa bertahan hidup dan membiayai sekolahnya sendiri.

Ayahnya yang kerja buruh serabutan pun tidak bisa terlalu diandalkan, jangankan untuk memberi uang jajan, untuk biaya hidup sehari-hari pun pasa-pasan. “Kalau Bapa tidak dapat uang, maka hasil dari usaha saya jadi pemulung bisa untuk nambah-nambah beli beras. “Ungkap Fatur.(24/5).

Menurut Fatur, sejak ditinggalkan ibunya ia menjadi pemulung yang dilakukannya selepas pulang sekolah, dalam mencari barang-barang rongsok, tak kurang ia harus berjalan hingga 5 km menyusuri jalan dan tempat-tempat sampah untuk mendapatkan barang-barang bekas yang bisa dijual. Seperti besi atau aluminium barang rongsok, plastik bekas minuman kemasan, botol dan kardus. Barang-barang bekas itu ia kumpulkan untuk dijual, dan dari hasil penjualan rongsok tersebut, uangnya selain ditabung juga untuk membeli keperluan sehari-hari.

Menurutnya, uang yang didapat dari hasil menjual rongsok dan barang bekas ia peroleh sekitar 5 ribu hingga 7 ribu setiap harinya, itu tergantung banyak sedikitnya barang yang ia dapatkan. “Setiap hari kerjaan saya jadi pemulung dari pulang sekolah hingga sekitar jam 4 sore baru kembali ke rumah. ”Terang fatur.

Fatur warga Rt 21 Rw 08 Dusun Babakanjaya Desa Kedungwuluh Kecamatan Padaherang sudah tidak ada rasa malu lagi saat mengais rongsok sisa barang-barang yang terbuang harus bertemu teman sekolahnya, baginya untuk bisa bertahan hidup tidak ada yang harus dibikin malu. “Buat apa malu ? toh yang saya kerjakan ini tidak hina. “Ungkapnya lagi.

Menurut Fatur, adiknya pun yang sekarang duduk di kelas II satu sekolah dengannya tidak merasa malu kalau kakaknya ini jadi pemulung. “Teman-teman satu sekolah pun sudah tahu saya ini pemulung. “Terang Fatur.

Bagi Fatur, niatnya untuk melanjutkan sekolah sangat besar walau harus terus menjadi pemulung. “Saya tahu, banyak orang sukses berawal dari bawah sekali. “Ungkapnya lagi.

Mungkin baginya ketiadaan bukanlah sebuah aib yang perlu dibuat malu dan dikasihani serta berharap kebaikan orang lain karena rasa iba.  Masih banyak yang bisa dikerjakan dan bisa menghasilkan dengan tidak hanya menadahkan tangan. (Isis Koswara)

Related

berita 2009839610071922209

Posting Komentar

emo-but-icon

item