BERHAPAP ADA BANTUAN PEMERINTAH PANGANDARAN, BERTAHUN-TAHUN WAHAB HIDUP DENGAN KAKI TERIKAT.

     PANGANDARAN. Sebagai orang tua, siapa yang tega melihat nasib yang diderita anak kandungnya terikat seutas tali di kakinya. Dengan menempati teras belakang rumah, bertelanjang baju dengan tempat tidur dan tempat tidur dan tempat kesehariannya.
    Wahab, pria kelahiran tahun 1971 warga Rt.03/09 Dusun Parapat Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran sejak tahun 2000 mengalami gangguan jiwa. “Dulunya Wahab anak yang rajin dan baik. “Terang Sailan (76) dan Muslimah (75)  kedua orang tua Wahyab. (1/4).
    Menurut Muslimah, seluruh harta bendanya sudah habis terjual untuk biaya pengobatan anaknya, sudah tidak terhitung berapa kali pengobatan yang dilakukan orangtua demi penyembuhan anaknya. “Kita harta saya hanya tinggal rumah yang ditempati sekarang. “Terang Muslimah.

    Diceritakan Muslimah, sejak anaknya mengalami kegagalan dalam rumah tangganya, sekitar tahun 2000-2001 jiwa anaknya terganggu. Dikhawatirkan takut mengganggu orang lain, karena saat sedang kumat, Wahab suka mengamuk seperti memecahkan kaca rumah tetangga atau memecahkan kaca mobil yang lewat. “Hingga pernah suatu hari ada orang minta ganti rugi karena kaca mobilnya dipecahkan Wahab, tapi tidak saya ganti karena memang saya tidak punya uang. “Terang Muslimah lagi.
    Walau berat hati, menurut Muslimah, ia terpaksa mengikat kaki Wahab dengan seutas tali agar tidak bisa kemana-mana. “Siapa sih yang tega melihat anak kandungnya terikat seperti itu..”Kata Muslimah iba.
    Pernah suatu hari, lanjut Muslimah, Wahab diminta petugas kecamatan untuk dikirim entah kemana. Dikemudian hari baru diketahui, ternyata Wahab dibuang ke daerah Kecamatan Cikalong Kabupaten Tasikmalaya. Tapi karena Wahab disana pun masih suka ngamuk, Wahab pun dianiaya entah oleh siapa dan dibuang lagi ke kawasan wisata Perhutani, Karang Nini Desa Emplak. “Ada tetangga yang menemukannya Wahab dengan kondisi yang mengenaskan, maka saya pun membawanya ke rumah dan mengikat kakinya. “Terang Muslimah.
    Kini tidak banyak yang bisa dilakukan Sailan dan Muslimah, untuk keperluan sehari-hari pun hanya bisa mengandalkan belas kasihan tetangga atau bantuan dari salah seorang anaknya yang menjadi nelayan, entah harus apa lagi yang bisa diperbuatnya untuk bisa bertahan hidup serta mengurus anaknya.
    Salah seorang warga Karangsalam Desa Pananjung, Danu (24), mengatakan, jika melihat kondisi yang dialami keluarga Sailan, siapakah yang bertanggung jawab ? dimanakah pemerintah saat warganya membutuhkan ? “Pemerintah harus hadir ketika Sailan atau rakyat lainnya memerlukan bantuan seperti ini, apa pun bentuk bantuannya. “Ungkap danu. (hiek-PNews)    .

Related

berita 7688225340464624368

Posting Komentar

emo-but-icon

item