Peduli Lingkungan Sejak Dini, Mahasiswa KKN-T IPB Lakukan Sosialisasi Bahaya serta Pegelolaan Sampah Laut di SDN 1 Legokjawa

PANGANDARANNEWS.COM – Kelompok Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University di Desa Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran menyelenggarakan sosialisasi tingkat sekolah dasar mengenai bahaya sampah laut dan edukasi pemilahan sampah serta solusi untuk menguranginya bagi siswa kelas 5 dan 6 di SD Negeri 1 Legokjawa, dan ini menjadi salah satu kegiatan sosialisasi para peserta KKN-T.(19/07)

Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dari sampah serta pengelolaan sampah yang baik, dan ini selaras visi pemerintah Kabupaten Pangandaran, menuju wisata berkelas dunia yang berpijak pada nilai karakter bangsa. 

Seperti diketahui, Pangandaran merupakan salah satu kabupaten yang menyajikan destinasi wisata terkenal di Provinsi Jawa Barat, dan peningkatan jumlah wisatawan di Pantai Pangandaran ternyata belum disertai dengan pengelolaan sampah yang baik sehingga menyebabkan adanya penumpukan sampah sehingga terjadi pencemaran lingkungan, penurunan estetika dan ketidaknyamanan pengunjung, sehingga sangat diperlukan edukasi sejak dini tentang nilai-nilai kebersiahan kepada anak-anak agar potensi wisata laut tetap terjaga dan lestari.

Seperti disampaikan salah seorang peserta KKN-T, Shafa Rizka Zahrani, ia memaparkan tentang marine debris (sampah laut). 

Menurut Shafa, sampah memiliki dampak negatif yang dapat merusak keindahan pantai dan merusak rantai makanan karena sampah plastik akan terurai menjadi mikroplastik dan masuk ke dalam tubuh ikan, dan ikan yang mengandung mikroplastik dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi manusia. 

“Banyak ikan mati karena tidak sengaja memakan sampah plastik di laut, dan mirisnya ditemukan pula sampah plastik sebanyak 5,9 kg dalam perut paus yang ditangkap di Sulawesi Tenggara pada tahun 2018, ” Ujar Shafa.

Shafa juga menjelaskan, upaya pencegahan atau pengurangan sampah plastik dapat dilakukan dengan tidak membuang sampah sembarangan, menggunakan botol tumbler dan kantong belanja sendiri. Dan penggunaan botol tumbler merupakan salah satu cara untuk mengurangi sampah plastik kemasan air minum yang dikonsumsi sehari-hari.

Hal senada disampaikan Anita Nurul Firdaos, menurutnya perlu dilakukan memilah jenis sampah, lama penguraian sampah dan cara pengelolaan sampah yang baik. 

Dan melalui penyampaian materi ini kepada siswa SD, kata Anita, diharapkan para siswa mampu membedakan sampah organik dan anorganik serta mengetahui perbedaan lama penguraian sampah serta cara mengelola sampah agar dihasilkan produk daur ulang dengan nilai tambah yang tinggi. 

Anita menambahkan, sampah organik seperti daun kering dan sampah rumah tangga memiliki waktu penguraian yang lebih rendah dibandingkan sampah anorganik seperti plastik, kaleng dan Styrofoam. 

“Sampah anorganik ini membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun untuk bisa terurai, jadi jika kita membuang sampah tersebut secara sembarangan maka anak cucu kita nanti masih akan bisa merasakan dampak negatif dari sampah tersebut, ” ucap Anita.

Anita menyebut, sampah tidak hanya akan memberikan dampak negatif melainkan berdampak positif jika cara pengelolaannya tepat karena sampah organik dapat diolah kembali menjadi pupuk kompos dan bahan bakar kompor berupa biogas. 

“Selain itu, daur ulang sampah anorganik dapat menghasilkan produk dengan nilai ekonomis tinggi seperti tas dan payung berbahan baku bungkus plastik, serta tempat sampah dari botol plastic, “imbuhnya. (kontributor PNews, Bunga)


Related

berita 5920689465099283105

Posting Komentar

emo-but-icon

item