HMI PERTANYAKAN KETEPATAN CARA PENANGANAN COVID-19 DI KOTA BANJAR

BANJARNEWS-Pada pertengahan bulan april ini angka pasien COVID-19 di Kota Banjar sudah mencapai 142 orang pasen, 4 diantaranya meninggal dunia warga luar Banjar, sebanyak 86 Orang Dalam Pengawasan (ODP),  18 0rang Orang Tanpa Gejala (OTG) dan 31 orang Pasen Dalam Pengawasan (PDP), diantaranya 19 orang warga Banjar dan 12 orang lagi warga luar Banjar.
Hampir satu bulan Pemkot Banjar melakukan berbagai upaya untuk menanganinya pencegahan mewabahnya virus corona ini, tapi sudah tepatkah caranya?

Menurut Kabid Partisipasi Pembangunan Daerah  (PPD) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) wilayah Kota Banjar, Budi Nugraha, ini kejadian luar biasa sehingga penanganannya juga harus luar biasa, tapi ternyata Pemerintah Kota Banjar gagap menghadapi ini.

Ketika  Daerah lain sudah melakukan full alert dalam menangani wabah covid-19 ini, di saat yang sama Pemkot Banjar masih terlihat kurang serius. Ketidak seriusan ini dalam seketika menjelma menjadi ketidak siapan ketika situasinya tereskalasi demikian cepat.

Kata Budi, Pemkota Banjar dan  Central Crisis Corona, beberapa waktu lalu mengumumkan satu kasus PDP meninggal asal Bandung yang saat itu diumumkan melalui Jubir H.Tomy Subagja, jenazahnya dimakamkan di Cisaga. Bagi media dan  publik pengumuman itu seolah menegaskan ketidak seriusan pemerintah, bahkan keraguan terhadap ketidak percayaan pada jajaran pemerintah sendiri yang sebelumnya terkesan tertutup.

“Pemkot selalu tidak memberikan penjelasan yang detil terkait beberapa pertanyaan yang di ajukan wartawan, “kata Budi, saat ditemui Pangandaran News di sekretariat HMI Banjar.(16/4)

Keraguan ini, kata Budi, diperparah dengan penanganan kasus di lapangan yang dipandang tidak memadai, mulai dari lemahnya perlindungan data pribadi korban, buruknya komunikasi publik, hingga minimnya kesiapan teknis dan medis, seperti alat test, APD, hingga kapasitas rumah sakit dan mekanisme pendataan kontak (contact tracing).

“Intinya, kafasitas pemerintah dalam menangani krisis ini patut dipertanyakan, “imbuhnya.

Ia menambahkan, ditambah lagi dampak dari virus corona dengan anjuran diam di rumah, jaga jarak dan pemakaian masker, ternyata kebijakan ini tidak diiringi dengan jalan keluar yang tentunya ini menjadi masalasah baru di masarakat.

“Dan ini terjadi bukan hanya kota Banjar saja , mungkin semua daerah juga pemerintah tidak siap menghadapi corona ini, “tegas Budi.

Masih kata Budi, sistem kesehatan ternyata kolaps menghadapi wabah ini, yang membedakan adalah magnitude atau derajat tindakan pemerintah. Dalam ketidaksiapan yang derajatnya berbeda-beda leaderd ship wali Kota  harus tetap terlihat dengan jelas dan tegas

“Di berbagai daerah yang saya tahu, kejadian luar biasa ini sama,sistem kesehatan,  ekonomi, budaya, sosial, semuanya kolaps , tapi keseriusan pemerintah dalam penanganan kasus virus corona ini tetap harus diperlihatkan pada masyarakat. “pungkasnya. (TITO)

Related

Syiar 8582366203006222897

Posting Komentar

emo-but-icon

item