KURANGNYA NILAI JUAL, HOME INDUSTRI UPK DAPM JATIWARAS HANYA BERDASARKAN PESANAN

TASIKMALAYA-Berjamurnya home industri di daerah-daerah bisa menjadi tolak ukur kemandirian ekonomi masyarakatnya. Optimalisasi potensi baik pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang ada dilingkungan akan mempercepat tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan .

Beragam kendala dalam mendongkrak ekonomi masyarakat ini perlu aksi nyata dari berbagai kalangan serta kurangnya permodalan dan marketing (pemasaran) harus menjadi skala prioritas pemikiran pemangku kebijakan. Tapi kendala tersebut bukan hanya terfokus pada dua masalah itu saja, tapi yang tersulit justru bagaimana merubah paradigma dari para pelaku usaha itu sendiri.

seperti yang dialami Kepala Bagian Pelayanan Masyarakat pada UPK DAPM (Unit Pengelola Kecamatan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat) Jatiwaras, Erwin Maya.

Menurutnya, kelompok binaan UPK DAPM yang selama ini ia kelola masih berjalan di tempat, karena merubah paradigma dari pelaku home industri itu sendiri sangat sulit.

Para pelaku Home industri yang ada didaerahnya, kata Erwin, masih tetap terbiasa dalam kebiasaan lama, seperti dalam penyajian produknya masih monoton.  Sedangkan pangsa pasar membutuhkan beragam inovasi berbeda baik dari cita rasa, bentuk maupun kemasan.

Selama ini UPK DAPM, lanjut Erwin, sudah memfasilitasi semuanya secara gratis, mulai dari penyediaan fasilitas label halal, kemasan produk dan nomor sertifikat PPIRT ( Produksi Pangan Industri Rumah Tangga).

"Sebenarnya UPK sudah memberikan peluang tapi semuanya kembali ke pengrajin sendiri, kemauan dari masyarakat sendiri masih kurang maksimal, mereka cukup puas dengan produk mereka selama ini", ungkap Erwin.(13/3)

Dikatakan Erwin, selama ini dalam pemasaran produk makanan ringan berbahan dasar ubi jalar ini, UPK bekerjasama dengan Mitra Balarea dan khusus untuk kemasan kerjasama dengan Inovak.

Ditambahkjan Erwin, saat ini rutinitas produksi belum ada, pemasaran produk dilakukan masing-masing pengrajin, seperti menjual ke warung-warung dan pasar. Produk yang di pasarkan tersebut pun masih menggunakan produk lama, tanpa memakai kemasan yang sudah disiapkan UPK. Padahal memasarkan produk yang berlabel akan berpengaruh pada nilai jual. Karena selama ini dikerjakan masih secara tradisional, akhirnya produk pun kurang laku di pasaran.

“Untuk saat ini UPK akan fokus pada pemasaran 21 produk yang sudah berlabel, dan saat ini pemasaran kami hanya berdasarkan pemesanan saja", pungkas Erwin. ( Rusdianto/ Udi Ruswandi)

Related

TASIK NEWS 3537055569768564268

Posting Komentar

emo-but-icon

item