SOSOK Alm. ENDAH SURTINAH DI MATA SEORANG SAHABAT

Kedekatannya semakin erat saat proses pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB) Kabupaten Pangandaran memasuki tahapan demi tahapan, tak jarang setiap malam harus rela tidur tengah malam bahkan menjelang dini hari karena harus menunggu suami pulang.

Demikian disampaikan Hj. Min Sumiarsih Rosbi, saat mengenang kedekatan dan kebersamaan dengan Alm. Hj. Endah Surtinah Hadari, baik sejak awal proses pemekaran sedang berjalan hingga hari-hari terakhir menjelang kepergiannya.

“Mungkin karena suami kami bersama-sama berjuang dalam penekaran sehingga persahabatan kami pun semakin dekat. “tutur Min. (15/3)

Hj. Min saat ditemui PNews usai mengikuti pemakaman sahabatnya ini di Desa Margacinta Kecamatan Cijulang, tak menyangka jika kebersamaan dengan wanita yang selama ini dikenal tegar dan selalu tersenyum ramah pada siapa saja harus berakhir secepat ini, padahal kebahagian yang direguk buah dari hasil perjuangan pemekaran belum lama sempat dinikmati.

“Tuhan menghendaki lain, tapi saya yakin ini yang terbaik untuk Ibu Wabup. “ungkap Min.

Disoal kedekatannya, Hj. Min lebih jauh menuturkan, karena masing-masing suaminya berjuang pada perjuangan yang sama, maka kebersamaan baik saat menggelar pertemuan-pertemuan membahas pemekaran atau cerita saat di rumah harus sendiri karena menunggu suami yang terkadang harus pulang ke rumah tengah malam, itu dirasakan bersama-sama.

“Tapi saya dan almarhum sepakat ini demi perjuangan, demi Pangandaran yang kami cintai. “cerita Min.

Dikatakan Hj. Min, almarhum merupakan sosok wanita yang hampir selama masa hidupnya didedikasikan untuk keluarganya, kecintaan pada keluarga merupakan “nutrisi” yang membuat langkahnya selalu ringan dan bersahaja.

“Kepada siapa saja bahkan pada orang yang tak dikenal pun almarhum selalu tersenyum dan menyapa ramah, dan mungkin karena itu orang-orang selalu hormat pada almarhum. “terang Min lagi.

Ditambahkan Min, selama kebersamaannya nyaris tak ada keluh kesah keluar dari tutur katanya, selalu riang di tengah kerumunan, baik yang muda atau pun tua selalu ingin dekat dengannya.

Menurut Min, selama rentang waktu kebersamaannya, yang paling berkesan ketika melihat rona bahagia di wajahnya saat detik-detik puncak perjuangan pemekaran Kabupaten Pangandaran  dibacakan. Teriakan histeris dan cucuran air mata bahagia pun bergemuruh di dalam gedung DPR RI beberapa tahun lalu. Semua orang yang saat itu ikut menyaksikan di Jakarta, lanjut Min, larut dalam suasana haru, bahagia bahkan rasa tidak percaya, bahwa Pangandaran akan memulai babak baru menjadi kabupaten termuda di Jawa Barat.

“Kami berdua pun berpelukan, air mata kami menetes bahagia dibarengi rasa syukur kami pada Tuhan. “tutur Min mengenang saat disahkannya Undang-undang nomer 21 tahun 2012 tentang pemekaran DOB Kabupaten Pangandaran.

Min juga mengatakan, ia sangat setuju Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran memberikan penghargaan Anubhawa Dharma Ekapada atas jasa-jasa almarhum dalam perjuangan pemekaran.

“Almarhum memang layak mendapat penghargaan tersebut mengingat jasa-jasa belilau sangat besar dalam perjuangan pemekaran Kabupaten Pangandaran. “kata Min. (hiek-PNews)






Related

berita 7472290316945787460

Posting Komentar

emo-but-icon

item