BENCANA BANJIR DAN LONGSOR AKIBAT KERUSAKAN HUTAN, SALAH SIAPA ?

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi tidak seimbang dan rusak. Penebangan yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan seharusnya bisa dimanfaatkan menjaga kelangsungan hidup serta bisa memberikan manfaat serbaguna bagi umat manusia, karenanya hutan bisa dimanfaatkan secara optimal serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat generasi sekarang dan generasi yang akan datang  mendatang.

Menurut hasil penelitian salah seorang ahli, setiap pohon besar mampu memproduksi 4580 oksigen per tahun. Sedangkan seseorang membutuhkan oksigen 2,9 kg/hari yang berarti sekitar 1058,5 kg/tahun. Jadi jika rumah dihuni oleh 4 orang dibutuhkan sekitar 4234 kg oksigen per tahunnya. Ini bisa dipraktekan Dengan menanam 1 pohon besar dipekarangan rumah sehingga tentunya kebutuhan oksigen bisa tercukupi dan udara di rumah terasa segar sepanjang tahun. Setiap pohon mempunyai kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata 5 unit ac yang dioperasikan selama 20 jam/hari. Dan setiap hektar hutan dapat menetralisir karbondioksida (CO2) yang diakibatkan 20 kendaraan bermotor karena setiap hektar hutan memiliki potensi untuk mengikat 1000 kg debu per tahun yang diakibatkan oleh polusi udara (debu, asap, aerosol dan lainnya) dan mengolahnya menjadi humus.

Sedangakan menurut Spurr (1973), hutan dianggap sebagai persekutuan antara tumbuhan dan binatang dalam suatu asosiasi biotis. Penebangan hutan secara liar dapat merusak hutan tanpa memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan. Banjir dan tanah longsor yang terjadi di beberapa tempat merupakan akibat kerusakan hutan yang berdampak pada lingkungan hidup. Tidak hanya banjir dan tanah longsor pada musim hujan, tetapi bahaya kekeringan ketika musim kemarau datang juga merupakan contoh kerusakan hutan.

Menurut Ketua Serikat Petani Pasundan (SPP), Arif Budiman, ada yang salah dalam mengelola hutan. Jenis pohon yang ditanam di hutan selama ini hanya terfokus pada tanaman produksi saja. seperti jati, mahoni, albasia atau lainnya yang suatu saat dengan jangka waktu tertentu pohon tersebut akan ditebang, dan hutan pun menjadi gundul kembali.

“Jenis tanaman tersebut hanya bisa membuat rindang sekitar 3-5 tahun saja. “ungkap Arif.(3/11)

Arif saat ditemui di Kantor DPC PDIP Pangandaran lebih jauh mengatakan, ia tidak habis mengerti, kenapa setiap ada program pemerintah tentang penghijauan selalu tanaman itu yang ditanam.

Padahal menurut Arif lagi, pohon-pohon jenis tersebut itu sipatnya periodik, karena pada saat pohon itu tumbuh besar, maka pohon tersebut pun akan kembali habis ditebang.

“Kenapa di hutan tidak ditanami saja pohon sejenis buah-buahan, misalnya pohon duren, mangga, rambutan atau lainnya. “kata Arif lagi.

Menurutnya, jika tanaman jenis buah yang ditanam di hutan, sampai kapan pun pohon tersebut akan tegak berdiri serta tumbuh semakin besar dan rimbun, karena yang diambil hanya buahnya saja. (hiek)





Related

berita 2137470909922251432

Posting Komentar

emo-but-icon

item