PANGANDARAN SIAP PASOK GULA SEMUT ORGANIK DALAM KEMASAN UNTUK HOTEL & RESTORAN

Ketua KADIN-BDC Kabupaten Pangandaran, H. Teddy Sampurna
PARIGI-Pernah mendengar gula semut ? salah satu varian gula yang bahan dasarnya sama dengan gula merah hanya bedanya pembuatannya harus melalui proses untuk menjadi gula semut (Gula Cristal).

Gula semut yang kini tengah dikembangkan Business Development Center (BDC) Kabupatan Pangandaran melalui pelatihan-pelatihan produksi dan managemen usaha pada masayarakat dengan tidak menggunakan zat kimia yang bisa menggangu kesehatan konsumen.

“Untuk filot project pelatihan ini kami laksanakan di tiga desa di Kecamatan Pangandaran. “kata Ketua DBC Pangandaran, H. Teddy Sampurna.(7/4).

Menurut Teddy yang juga Ketua KADIN Pangandaran, proses pengambilan nira kelapa yang biasa diambil 1 kali dalam sehari, sebaiknya itu dilakukan 2-3 kali. Karena jika kondisi pohon kelapa tersebut baik dan sehat, maka proses penyadapatannya bisa dilakukan hingga 3 kali dalam sehari.

dikatakan Teddy, dalam10 bulan terakhir ini, pihaknya melakukan  kerja sama dengan seluruh penggiat parawisata, pelaku UKM serta generasi muda yang senang dan peduli pada UMKM.

Menurut Teddy, gula semut mempunyai rasa yang khas, rasa manisnya sama dengan gula merah tapi dengan  taste caramel yang lembut serta kadar airnya pun lebih rendah karena tidak boleh lebih dari 2 – 5 % yang menjadikan gula semut bisa bertahan lama.

Dan agar bisa diminati pasar, produk gula semut harus menggunakan kemasan yang menarik  agar bisa diminati konsumen di pasaran.

“Karena pengemasan yang baik menjadi salah satu paktor prasyarat untuk meningkatkan pemasaran. “ungkap Teddy.

Lebih jauh Teddy mengatakan, Seiring meluasnya pasar dan juga meningkatnya keuntungan yang didapat para pengrajin, ini memberikan dampak positif dengan semakin berkembang dan bertambahnya jumlah pengrajin gula yang bergabung dalam produksi gula semut.

Sehingga yang tadinya berawal 54 orang saja, kini meningkat menjadi 840 pengrajin yang berada di Kecamatan Pangandaran, dan ini tentunya berdampak juga pada meningkatnya jumlah produksi hingga mencapai 8-10 ton per bulan dan siap memasok gula semut organik ke seluruh indonesia dan dalam kemasan stick pack untuk customer hotel dan restouran.

Saat ini dari kapasitas produksi rata-rata 3 ton, di antaranya untuk ekspor ke Jepang dan Eropa, meski proses penjualannya masih melalui perantara eksportir pihak ke dua.

“kami sebagai fasilitator masyarakat dalam mengembangan produk gula semut ini, sekarang  sedang berupaya untuk mendapatkan berbagai sertifikasi agar produk yang dihasilkan ini lebih berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi.”Ujar Teddy.

Mulai bulan depan, lanjut Taddy lagi, pihaknya akan kosentrasi pada pengembangan produk turunan sekaligus mencari disain kemasan, karena salah satu kendala yang dihadapi UMKM dalam memasarkan produknya, salah satunya disebabkan kemasan yang kurang menarik, dan ini biasanya kurang disadari dan dipahami oleh sebagian besar pelaku UMKM di Pangandaran.

Akibatnya, lanjutnya, sejumlah produk yang sebenarnya memiliki potensi bernilai jual tinggi dan berkwalitas pun menjadi kurang diminati di pasaran.

Dan kendala lainnya, masih kata Teddy, pelaku UMKM biasanya tidak tahu harus kemana jika ingin membuat kemasan karena tidak adanya unit usaha yang melayani pembelian kemasan dalam partai kecil.

“Kami kesulitan saat meyakinkan pada pelaku UMKM bahwa kemasan yang menarik dan kreatif bisa meningkatkan daya jual dan memberi keuntungan yang lumayan. “papar Teddy.

Fungsi KADIN sangat tepat sebagai wahana komunikasi untuk berbagi  informasi, representasi, konsultasi dan sebagai fasilitator untuk memberikan dorongan pada tumbuh kembangnya enterpriner (kewirausahaan) baru serta pengembangan bisnis yang akan memberikan kontribusi pada pemerintah di sektor ekonomi.

“Kami, KADIN dan Pemeritah Daerah menyediakan ruang dan waktu untuk konsultasi bagi para pelaku usaha, khususnya pelaku UMKM pada hari rabu dan Kamis bersama Tenaga Ahli yang sudah kami siapkan. “terang Teddy.

Sementara manager BDC Pangandaran, An An Ramdani, menjelaskan, tinggkat keasaman nira itu hanya bisa bertahan 4-5 jam saja, dan jika lebih lama didiamkan, keasamannya akan menguat hingga nira pun tidak bisa diproduksi

“Mudah-mudahan ke depan, Pemda Pangandaran bisa membantu dengan membuat regulasi yang akan mengatur produksi gula semut. “pungkas Ramdani. (hiek)

Related

berita 7353959184482652701

Posting Komentar

emo-but-icon

item