LEGENDA ASAL MULA NAMA CIBANTEN

CIJULANG - Cerita yang beredar di tengah masyarakat tentang legenda terbentuknya asal mula nama Cibanten, salah satu nama desa di wilayah Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran sampai terus digali oleh penggiat kebudayaan setempat. Namun disayangkan, para penyampai pesan cerita itu tidak bisa menunjukkan bukti fisik yang mendukung kekuatan cerita tersebut, baik dalam bentuk artepak-artepak, prasasti, pekakas kuno, tugu batu, maupun bangunan-bangunan kuno yang bisa menguatkan tentang legenda Cibanten tersebut.

Salah satu bukti, keberadaan mata air Cisiuk yang terletak di Dusun Cibanten Desa Cibanten diyakini masyarakat setempat sebagai mata air yang memiliki sejarah yang berhubungan langsung dengan cikal bakal berdirinya sebuah daerah baru hingga tempat tersebut akhirnya diberi nama Cibanten.

Seperti yang dikatakan salah seorang warga, Jumain (67), jika diperhatikann ada hal unik dengan nama-nama tempat di sekitar Cibanten yang semuanya menggunakan awalan “Ci” (air). Seperti Ciakar diambil dari kata cai dan akar, maksud akar sudah dapat dipahami yaitu bagian dari pohon yang menancap ke dalam tanah. Cijulang dari kata cai dan julang, kata julang diambil dari nama salah satu jenis pohon, kijulang. Hingga saat ini pohon ini masih sangat terkenal dan pohon tersebut biasa digunakan khsusus untuk sarangka (sarung) golok.

"Sementara nama Cibanten sendiri diambil dari kata cai dan banten, mungkin saja ada  hubungan khusus antara masyarakat disini dengan masyarakat banten. “Ungkap Jumain.(14/12).

Seperti diketahui, menurut Jumain, masyarakat sunda mungkin sudah akrab dengan nama-nama daerahnya yang berawalan ci (cai). Seperti yang diakhiri nama pohon, Cijambe, Cijulang, Citamiang, Cihaur, Cikalapa, Cimuncang, Cukaret dan lain-lain.

Yang diakhiri nama alam, Cicurug, Ciguha, Cigalupit, Cikarakal, Cigugur dan banyak lagi. Ada juga yang diakhiri nama warna, seperti, Cibodas, Cikoneng, Cibiru, Cibeureum, Cibungur, Cihideung. Sementara ada juga kombinasi antara letak geografis pegunungan atau lembah dengan nama pohon, misalnya : Pasirkaliki, Pasirwaru, Pasirceuri, Pasirkiara, Legokputat, Legokjengkol, Legokwaru, Legokseuruh, Legokbungur, Legokjawa.

“Sedangkan nama Cibanten, uniknya karena diambil dari nama daerah lain, banten, sebuah daerah yang terkenal dengan ilmu kanuragan dan kesaktiannya" ungkap Jumain lagi.

Kembali ke asal mula nama Cibanten, masih cerita Jumain, konon dulu ada seorang kokolot yang biasa dipanggil Embah atau Sembah bernama Nagabali yang datang dari daerah Banten dengan membawa air sasiuk (segayung), lalu air tersebut disimpan di suatu tempat yang kemudian menjelma menjadi mata air. Hingga sekarang daerah tersebut disebut Cisiuk dan di tempat ini juga masih terdapat mata air dengan ukuran tidak terlalu besar tetapi tidak pernah kering.

“Karena asal mula air tersebut dibawa dari daerah banten maka dinama Cibanten", imbuhnya.

Jumain dan masyarakat sekitar meyakini, di sekitar mata air itu merupakan sebuah patilasan, tempat singgah Embah Nagabali untuk melakukan ritual pertapaan atau tirakat dalam rangka mensucikan diri.

"Jadi jika kita menelusuri nama Nagabali yang akar katanya diambil dari nama-nama binatang, dimungkinkan orang ini termasuk keluarga ningrat, atau orang penting di sebuah kerajaan", kata Jumain.

Karena, lanjut Jumain, jika dihubungkan dengan nama raja-raja yang pernah berkuasa di Nusantara yang banyak mengambil dari nama-nama binatang, seperti, Hayam Wuruk, Gajah Mada, Ciung Wanara, Siliwangi (harimau), Munding Laya Dikusumah.

“Dan Nagabali  pun sama, diambil dari nama hewan Naga", pungkasnya. (AGE).

Related

budaya 7126200981293829689

Posting Komentar

emo-but-icon

item