PEJABAT PANGANDARAN MISKIN IDE DAN KREATIVITAS ?

Memasuki usianya yang ke 6 tahun, Kabupaten Pangandaran benar-benar dipacu untuk bisa sejajar bahkan jika bisa harus lebih dari daerah lain yang sudah lama ada. Bukan hanya pembangunan infrastruktru saja, termasuk  Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi penggerak pembangunan.

Namun sangat disayangkan, menurut salah seorang warga Dusun Cikangkung Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih, Iwan Sofa, para pejabat Pangandaran ternyata miskin ide dan kreatifitas. Seharusnya, sebagai “daerah berkembang”, di usianya yang masih belia, banyak ide-ide terlontar dari para pembuat kebijakan untuk akselerasi yang akan mewarnai dinamika kemajuan daerah.

“Paling tidak sampai hari ini saya belum melihat some thing new yang fresh dan orsinil lahir dari hasil pemikirannya. “ungkap Iwan.(24/6)

Dalam obrolannya dengan PNews sambil menikmati kopi hangat di kawasan pantai timur, Iwan juga mengatakan, yang ia saksikan selama ini hanya hasil ide-ide cemerlang dari pimpinan daerah saja, padahal idealnya kepala daerah hanya pada tataran kebijakan saja dan di lapangan sepenuhnya dilaksanakan oleh dinas teknis.

Masih kata Iwan, banyak ide-ide bupati yang sudah terealisasikan, dan ternyata memang sukses dan epektif. Diantaranya, penataan kawasan wisata, pembentukan satgas tiket wisata, timsus pajak hotel dan restoran dan mungkin masih banyak lagi yang berasal dari hasil pemikiran lainnya.

Menurut Iwan, ia tidak setuju kalau segala permasalahan akhirnya dibebankan pada pundak bupati semua, karena kepala daerah punya tugas yang lebih berat dari hanya ikut mengatur parkir, kemacetan, tiket wisata atau lainnya yang memang semua itu bisa dilakukan dinas terkait.

“Seharusnya para pembantu bupati itu harus bisa melaksanakan dan mengawal apa yang sudah jadi digariskan pada kebijakan kepala daerahnya. “tegasnya.

Masih kata Iwan, contohnya tahun ini bupati punya kebijakan program penataan wisata, seharusnya seluruh dinas terkait merespon bagaimana program tersebut bisa berjalan dan bagaimana cara merealisasikannya di lapangan.

Dan soal wisata yang sudah menjadi ikon Kabupaten Pangandaran, ia berharap pemerintah mempunyai perhatian khusus terkait pentingnya kelestarian alam dan lingkungan hidup dari semua pihak agar terwujud pariwisata yang berkelanjutan.

“Di pariwisata itu ada sapta pesona, nah urusan kebersihan, keamanan, kenyamanan dan seterusnya itu ada pada leading sektor masing-masing. “imbuhnya lagi.

Iwan juga mengatakan, jika seluruh elemen bersinergi dengan baik, ia yakin Pangandaran Hebat tidak akan membutuhkan waktu puluhan tahun, karena jika semua bekerja sesuai porsinya masing-masing, segala persoalan pun akan saling mengisi satu dengan lainnya.

“Maaf jika saya terpaksa mengatakan, saya kasihan pada bupati dan wakil bupati yang harus selalu turun hingga pada tataran pelaksana. “ungkapnya lagi.

Menurut Iwan, ada dua jenis pejabat yang ada di Pangandaran, yang ngantor dan kerja. Kalau yang ngantor, tentu saja setiap hari rutin pergi ke kantornya, masuk jam 8.00 pagi dan pulang jam 4.00 sore, rutinitasnya seperti itu. Sementara kalau yang kerja, sudah pasti ada kinerja dan karya yang dihasilkan dari rutinitasnya tersebut.

Dan PNews pun masih ingat saat hal ini pernah ditanyakan pada tokoh pemekaran Kabupaten Pangandaran, H. Supratman, saat menghadiri ulang tahun Partai Golkar di Kecamatan Cigugur beberapa waktu lalu. Dikatakan Pratman waktu itu, mungkin saja Pemkab Ciamis pun tidak mau memberikan pejabatnya yang memang punya kredibilitas.

“Artinya apa, ya silahkan saja anda terjemahkan sendiri…”ungkapnya.

Pada kesempatan lain, PNews pun mencoba meminta tanggapan langsung Bupati Pangandaran, H. Jeje Wiradinata, menurutnya, ada etika dan persoalan waktu untuk menilai sebuah kinerja dan itu berjalan melalui proses yang tidak ujug-ujug.

Jeje membenarkan, Pangandaran memang butuh akselerasi pada semua lini untuk bisa sejajar dengan daerah lain, tapi tetap saja ia harus melalui proses yang tak instan.

“Mungkin aturannya atau idealnya dalam waktu 2 tahun baru ada kinerja yang bisa kita nilai, apakah si A ada progress dan seterusnya. “ucap Jeje.

Karena, lanjut Jeje, tidak etis juga jika menilai seseorang pada apa yang dilihat di permukaan saja, maka biarkan seperti air mengalir.

Jeje pun mengajak semua elemen untuk bersama-sama memelihara rasa nyaah jeung rees ka Pangandaran, tetap menjaga dan memelihara rasa kebersamaan dan terus berkarya lewat koridor dan kapasitasnya masing-masing.

“Dan memang saya pun senang turun langsung ke lapangan, saya tidak biasa jika apa-apa hanya menerima laporan saja, saya harus pastikan semuanya berjalan sesuai aturan dan kebijakan. “kata Jeje. (PNews)

Related

berita 547409482498585615

Posting Komentar

emo-but-icon

item