BANYAKNYA CAGAR BUDAYA DI PANGANDARAN BISA JADI PENGUAT WISATA

situs Batu Kalde
PANGANDARAN-Banyaknya peninggalan cagar budaya yang ada di Pangandaran menjadi perhatian para penelitian untuk mengetahui lebih dalam tentang keberadaanya. Untuk keperluan tersebut, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Balai Besar Cagar Budaya Banten pun menggelar sosialisasi cagar budaya.

Kegiatan dibuka langsung Bupati Pangandaran, H. Jeje Wiradinata serta dihadiri Kepala Balai Badan Pelestarian Cagar Budaya Banten, H. Saeful Mujahid SH, Kepala Dinas pariwisata dan Kebudayaan Pangandaran, Drs. H. Undang Sohbarudin serta  nenerapa Budayawan Pangandaran.

dalamk sambutannya, Kepala Balai Cagar Budaya menyampaikan, kegiatan ini Merupakan salahsatu kegiatan berkelanjutan yang dilaksanakan di beberapa wilayah kerja dari Balai Besar Cagar Budaya Banten. Diantaranya, di propuinsi Banten, Lampung, DKI Jakarta dan Propinsi Jqwa Barat.

“Salah satu tempat penelitian di jabar, ada di Pangandaran. “ungkap Saeful.(13/12)

Di Pangandaran, menurut Saeful, terdapat beberapa peninggalan yang diperkirakan dari masa megalitik berupa kerang -kerang, tulang- tulang manusia yang diperkirakan hidup pada masa megalitik, dan ini penemuan sangat penting karena merupakan peradaban sejarah masa lalu di pangandaran.

selain itu, lanjutnya, ada beberapa peninggalan lainya yang menarik perhatian para pakar sejarah dan peneliti, seperti goa-goa, reruntuhan candi, batu kalde serta banyak lagi peninggalan lainnya yang menarik untuk diteliti.

Misalnya batu kalde, menurut Saeful, ini merupakan temuan yang sangat penting karena bisa menjadi mata rantai sejarah pèradaban Pangandaran.

“Ini peninggalan pada masa kelasik, selain itu ada juga beberapa fenomena menarik lainnya, sekarang kita tinggal menungu hasil penelitian para pakar sejarah. "ungkapnya lagi.

Saeful pun berharap, semua kekayaan cagar budaya yang ada di Pangandaran, baik pemerintah daerah atau pun pusat bisa bersama-sama melestarikannya.

Salah seorang ahli, Prof. DR. Djafar, rektor Universitas indraprasta PGRI Jakarta, kepada awak media mengatakan, situs-situs yang ada di Pangandaran pertama kali mendapat penelitian pada tahun 1977 yang dilakukan Pusat Penelitian Purbakala Nasional.

“Saat itu penelitian dipimpin oleh Hasan Muarif Ambary. “jelas Djafar.

Setelah itu, lanjut Djafar, penelitian pada situs tersebut pun dilakukan kembali oleh institusi yang sama di tahun 1979.

Sementar itu Bupati Pangandaran, H. Jeje Wiradinata mengatakan, sejarah merupakan identitas dari suatu jaman, dan kalau berbicara hari ini tentu ada hari kemarin.

“Itu proses alam yang sudah menjadi kodrat dari Sang Pencipta, “kata Jeje.

lebih lanjut Jeje mengatakan, setiap cagar budaya tentu mempunyai identitas dari jamannya. Dan sayangnya sekarang pada jaman now, sudah jarang orang sunda memakai identitasnya sendiri, misalnya penggunaan nama orang sunda.

“Generasi sekarang sudah melupakan budaya gotong royong, padahal itu salah satu nilai identias budaya kita,  ini harus di pertahankan"imbuh Jeje.

Menurut Bupati Pangandaran, pelestarian cagar budaya tentunya akan sangat sejalan dengan program pemerintah daerah sebagai tujuan wisata, karena cagar budaya yang ada di pangandaran ini akan menjadi penguat pengembangan sektor dunia pariwisata.

"Ayo kita bersama sama menata wisata pangandaran, karena selama ini upaya penataan wisata dan kebijakan serta ketegasan pemda bukan untuk bupati, tapi untuk kita semua." pungkasnya. (Tn)


Related

budaya 6445328238007779150

Posting Komentar

emo-but-icon

item