PT PECU PANGANDARAN HARUS SEGERA NORMALISASI SUNGAI CITONJONG, WOWO KUSTIWA: “PENUTUPAN PECU AKAN BERDAMPAK PHK KARYAWAN..”

SIDAMULIH - Ramainya pemberitaan terkait masalah dugaan pencemaran di aliran sungai Citonjong yang disebabkan adanya limbah dari pabrik pengolahan kelapa PT Pacifik Easteren Coconut Utama (PT.PECU) di Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran, menjadi sebuah dilema. Pasalnya bila perusahaan itu ditutup akan berdampak buruk bagi ratusan karyawan yang hampir 95% warga Pangandaran, tapi di sisi lain masyarakat di sekitar pabrik pun tidak bisa diabaikan karena merasa terganggu bau tak sedap dari aroma yang ditimbulkan air sungai Citonjong yang berubah warna terutama saat kemarau tiba.

Demikian disampaikan ketua Komisi III DPRD Pangandaran, Wowo Kustiwa saat dihubungi lewat telepon celullernya.

“Namun pada dasarnya pemerintah pasti akan mencari jalan keluarnya. “ungkap Wowo.(21/7).

Menutup perusahaan PT.PECU, masih kata Wowo, tidak akan menyelasaikan masalah karena pasti akan terjadi PHK ratusan karyawan yang kebanyakan warga pribumi. Bahkan menurut informasi, warga desa Cikembulan yang melakukan audens beberapa waktu lalu ke DPRD pun berharap perusahaan PECU tidak ditutup.

Sebaiknya, masih ujar Wowo, PT.PECU didorong agar bisa menormalisasi sungai Citonjong, memperbaiki sistim pengolahan limbahnya untuk mengatasi bau tak sedap saat pabrik tersebut menjalankan aktifitas produksi.

“Jadi bukan ditutup, beberapa hari lalu Bupati Pangandaran, H. Jeje Wiradinata pun sudah meninjau langsung ke perusahaan tersebut.", tambahnya.

Dan tentunya, menurut Wowo, hal tersebut perlu waktu dan proses yang panjang dalam normalisasi sungai itu.

“kami komisi III DPRD Pangandaran akan terus melakukan pengawasan dan masyarakat diharap bisa bersabar", imbuhnya.

Sementara saat diminta tanggapannya, salah seorang perwakilan karyawan, Didin (32), mengatakan, ia berharap agar PT.PECU tidak ditutup dikarenakan jika hal itu dilakukan, maka berarti tamat pula ladang mencari nafkah untuk keluarganya.

"Bagaimana jadinya bila PECU ditutup, sedangkan selama ini kami bersandar hidup dari hasil upah kerja disini, pokoknya jika PECU dihentikan, akan susah lagi bagi untuk mencari pekerjaan lain. “, ucapnya.(21/7)

Hal senada juga dikatakan Nurhayati (25) asal Desa Cibenda, menurutnya, ia tidak sanggup bila harus menganggur lagi, karena saat ini dirinya harus membiayai anaknya yang masih duduk di bangku SD.

Setelah dua tahun ditingggal suaminya, lanjut Nurhayati, otomatis dialah yang mencari nafkah keluarga dan menyekolahkan anaknya.

“Saya berharap Pemkab Pangandaran tidak menutup Pecu agar kami bisa tetap bekerja mencari nafkah. “imbuhnya. (AGE)

Related

Jendela Parlemen 6472189163280061656

Posting Komentar

emo-but-icon

item