LAGI, DPKPB PANGANDARAN JADI TUJUAN STUDI BANDING

PARIGI-Banyak hal yang bisa didiskusikan untuk penanganan kebencanaan di masing-masing daerah, seperti bencana banjir, longsor dan lainnya. Dalam beberapa pertemuan antara BPBD yang ada di Jawa Barat, hal-hal yang terkait bagaimana bisa terjadi bencana dan bagaimana pula cara mitigasi dan penanggulangannya, itu selalu jadi bahan yang dibawa ke masing-masing daerah.

Demikian disampaikan Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Majalengka, DR. H. Toto Sumianto, M.Pd saat berkunjung ke Kantor Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Pangandaran.(4/12)

“Selain tentunya untuk menjalin silaturhmi kunjungan kami juga dalam rangka melakukan studi banding. “ungkap Toto.

Dari beberapa kejadian bencana yang terjadi di Pangandaran dan bagaimana cara penanggulangannya, kata Toto, itu menjadi pengalaman dan pelajaran bagi BPBD Majalengka. Karena, lanjutnya, tipe geografi Kabupaten Majalengka dan Pangandaran hampir sama, lahan yang berbukit-bukit dan tebing dengan tipe tanah yang gembur. 

“Setelah kami berbincang-bincang, banyak hal yang mungkin perlu disikapi dan jadi pedoman, antara lain bagaimana menyikapi bencana banjir dan longsor dari mulai pemetaan kemudian mitigasi dan juga solusinya. “jelas Toto.

Toto menambahkan, dari 11 kecamatan yang ada di Kabupaten Majalengka itu rawan pergerakan tanah dan longsor, dan ini relatif sama dengan kondisi  alam di Pangandaran, mungkin karena hujan terlalu lama sehingga lahan menjadi gembur atau karena memang infrastruktur bangunan rumah tidak memenuhi persaratan sehingga terjadi bencana.

Menurutnya, yang paling utama bagaimana aparat dan masyarakat bisa menjaga lingkungan, karena kalau tidak dijaga banjir longsor mungkin akan terus terjadi.

“Intinya, hal-hal seperti ini sering menjadi bahan diskusi kami BPBD yang ada di daerah, termasuk dengan Pangandaran. “ungkapnya.

Di tempat yang sama, Kepala DPKPB Pangandaran, DR. Drs. H. Nana Ruhena, MM, membenarkan, masalah kebencanaan di masing-masing daerah selalu didiskusi pada setiap pertemuan antara BPBD.  

“BPBD Majalengka merupakan daerah ke 21 yang berkunjung kesini. “terang Nana.

Disoal seringnya menjadi tujuan studi banding, Nana mengatakan, karena BPBD Pangandaran mempunyai inovasi Wisata Edukasi Bencana Goes To School (WEB GTS) yang bisa diterapkan di masing-masing daerah.

Dalam inovasi WEB GTS, kata Nana, pihaknya menekankan hal-hal yang terkait kebencanaan pada siswa sekolah, karena melalui anak informasi tentang kebencanaan akan cepat sampai pada orang tua murid.

Selain WEB GTS, lanjutnya, DPKPB Pangandaran juga mensosialisasikan kebencanaan melalui Bunda Belajar Mitigasi (BBM), dan sekarang sedang mempersiapkan program hotel tangguh bencana.

Dalam program tersebut, terang Nana, seluruh hotel diwajibkan mempunyai dan mempersiapkan penanganan bencana dan kebakaran, sehingga ini akan memberikan rasa aman, nyaman dan tidak ada rasa khawatir pada wisatawan yang menginap di hotel tersebut.
“Dan apa yang kami kerjakan ini semuanya harus bisa dicapai dengan maksimal apa pun keadaaanya. “jelas Nana.

Terkait masalah berita hoax tentang bencana yang terjadi di Pangandaran, menurut Nana, sekarang masyarakat sudah cerdas dan bisa membedakan mana berita benar dan mana berita bohong, karena terbukti Pusdalops sekarang sudah menjadi rujukan informasi kebencanaan, sehingga masyarakat pun tidak gampang percaya dan lebih mempercayai pada informasi yang datang dari pemerintah.

“Dan kepada pelaku hoax, hati-hati sekarang ada undang-undang ITE yang akan menjerat bagi siapa saja penyebar berita bohong. “pungkas Nana. (PNews

Related

berita 3875787563198513640

Posting Komentar

emo-but-icon

item