PASAR SAWOAN, “PASAR ILEGAL” WARGA PANGANDARAN

PANGANDARAN-Apa yang dibayangkan saat menyebut Pasar Sawoan, mungkin yang terlintas di pikiran tempat menjual buah sawo.

Di Pangandaran, tepatnya terletak persis di seberang atau sebelah utara Pasar Pananjung Kecamatan Pangandaran terdapat “pasar illegal”, asalnya pasar yang sebenarnya justru ada di seberangnya.

Disebut pasar sawoan, menurut salah seorang penduduk sekitar, Siti Hasanah (48), di lahan tersebut, sekitar 15 tahun kebelakang terdapat dua pohon sawo besar di atas lahan itu, hingga selain tempatnya teduh dan lapang, lahan itu pun sering dijadikan “pasar” para pedagang dadakan yang tidak mempunyai kios di Pasar pananjung.

Awalnya, tutur Siti, karena tempatnya luas dan rindang, warga yang pulang berbelanja dari pasar pun suka mampir kesana sekedar berteduh sambil minum jajanan es dan makanan ringan lainnya. Hingga lama kelamaan, selain penjual makanan dan minuman, pedagang lain pun coba-coba berjualan disana. 

“Sekitar tahun 70an pasar itu hanya ramai pada hari senin dan kamis saja, dimana kedua hari itu memang hari ramainya pasar Pananjung, dan di tempat itu biasanya ramai oleh penjual obat jalanan dengan akstraksi sulapnya.  “terang Siti. 11/4)

Hingga lama kelamaan, pemilik lahan, Alm. H. Karlan (Ayah Menteri KKP, Susi Pujiastuti) membuat kios-kios dari bilik bambu yang disediakan untuk para pedagang yang biasa jualan disana.

Disoal kenapa disebut pasar sawoan, menurut Siti, karena di lahan itu dulu tumbuh dua pohon sawo yang sangat besar dengan daunnya yang rindang, sehingga untuk memudahkan menyembut tempat itu, warga pun menamai pasar sawoan.

“Sekarang pohon itu sudah ditebang, tapi yang jualan disana sampai sekarang masih ramai, malah di bagian depannya sekarang bangunannya permanen dan kokoh. ”ungkap Siti.

Masih kata Siti, di tempat itu pedagang tidak pernah sepi pembeli, dari mulai tukang jualan bilik bambu, tukang cukur, toko sepeda, bengkel sepeda, pakan burung, alat-alat listrik  hingga penjual makanan sampai sekarang masih tetap bertahan.

Dan hingga sekarang, lanjut Siti, sekitar 80 kios semi permanen yang dihuni pedagang mayoritas penduduk sekitar tetap bertahan untuk berjualan disana.

“Dan sampai sekarang saya juga masih jualan disana. “imbuhnya. (HARIS F)

Related

berita 2544121095125508565

Posting Komentar

emo-but-icon

item