KACIJULANGAN, HADIR DALAM KEPAKUMAN KEGIATAN TRADISI BUDAYA

CIJULANG–Lahirnya sebuah kebudayaan biasanya tercipta atau dilatarbelakangi oleh kegiatan orang tua dahulu yang kemudian menjadi adat atau kebiasaan di daerah tersebut, dan ini akan memiliki arti tersendiri bagi masing-masing daerah. Kini dengan masuknya budaya asing ke Indonesia, perlahan ada pergeseran gaya hidup masyarakat dan pola kebiasaan yang sudah turun temurun dari pada pendahulu dengan nuansa tradisolnal masyarakat asli Indonesia.

Begitu juga yang terjadi pada tatanan kehidupan masyarakat Pangandaran, nampak kini ada sentuhan modern hingga tidak menutup kemungkinan dampak yang akan ditimbulkan lambat laun akan melupakan budaya asli Pangandaran.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, hari Selasa, (27/12) para budayawan dan kasepuhan di Kabupaten Pangandaran menggelar tradisi kuno pembacaan sejarah Kacijulangan dibawah pohon wareng di sekitar area Bandara Nusawiru Desa Kondangjajar Kecamatan Cijulang.

Dengan dihadiri para juru kunci dan tokoh supranatural, acara digelar dengan menyajikan sejumlah sesaji dibalut kemasan budaya tradisi kuno, namun tidak mengurangi khusuan ritual tersebut walau dalam helatan  secara sederhana melalui ritual yang sakral, sarat makna dan dalam sentuhan budaya dan tradisi.

Bahkan setelah pelaksanaan pembacaan sejarah kacijulangan tersebut, sejumlah tokoh dan para juru kunci tempat keramat, tidak sedikit yang mengambil air bunga yang sebelumnya dibacakan doa’-doa’  sebagai media untuk dijadikan campuran air mandi yang dibawa ke rumah masing-masing.

Menurut juru baca sejarah Kacijulangan, Aki Ajim (72), kegiatan ini merupakan tradisi lama yang saat ini hampir punah, namun berkat dorongan para budayawan muda dan pelaku adat dirinya kembali diundang untuk menjadi juru baca sejarah tersebut.

“Ada sarat-sarat tertentu dalam pembacaan sejarah Kacijulangan serta harus mempunyai ketentuan tersendiri, diantaranya harus berdasarkan perhitungan sunda kuno dan hanya boleh dibacakan pada bulan Mulud,” terang  Aki Ajim.

Sejarah Kacijulangan, menurut Aki Ajim, merupakan sejarah purwaningjagat atau sejarah penciptaan alam semesta dan ajaran ketauhidan juga prilaku manusia untuk mengenal para pendahulu supaya manusia bisa mengenal dirinya dan penciptanya.

“Dalam sejarah ini ada dua hal penting yang harus diperhatikan, diantaranya sejarah gede dan sejarah leutik,” tambah Aki Ajim.

Sejarah gede (besar) menerangkan proses terciptanya alam sedangkan sejarah leutik (kecil) menerangkan proses kehidupan manusia. Namun untuk melaksanakan pembacaan sejarah Kacijulangan harus dilakukan oleh orang yang sudah memiliki keimanan dan ketauhidan yang sempurna karena dikhawatirkan nantinya ada perbedaan penafsiran.

“Dalam rangkaian isi sejarah Kacijulangan dibacakan ada terkandung ajaran tauhid, disinilah banyak orang yang salah tafsir memaknai paparan tauhid tersebut, sehingga tradisi pembacaan sejarah Kacijulangan pernah mendapat pertentangan dari beberapa kalangan Kiyai,” terang Ki Ajim lagi.

Menurut seorang budayawan, Erik Krisnayudha Astrawijaya Saputra, tradisi pembacaan sejarah Kacijulangan atau sejarah purwaningjagat ini bisa dijadikan khasanah budaya sebagai salah satu destinasi wisata budaya.

“Kalau Kabupaten Ciamis memiliki tradisi nyangku di Panjalu, maka Kabupaten Pangandaran pun memiliki tradisi pembacaan sejarah Kacijulangan,” kata Erik.

Erik berharap, tradisi kuno tersebut bisa dipertahankan dan jangan sampai punah lantaran merupakan salah satu aset tradisi jatidiri warga Pangandaran.

“Tahun ini kami bisa menyelenggarakan tradisi kuno pembacaan sejarah Kacijulangan karena masih ada juru bacanya yaitu Aki Ajim, entah tahun depan bisa lagi dilaksanakan entah tidak lantaran sampai saat ini minim SDM yang memiliki talenta tersebut,” tambah Erik.

Sementara Ketua Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata (Kompepar) Kabupaten Pangandaran Edi Rusmiadi mengapresiasi pelaksanaan pembacaan sejarah Kacijulangan tersebut.

“Tradisi ini harus dipertahankan, kami harap kepada pelaku budaya ini memiliki agenda dan kelender kegiatan tetap dan ke deepannya diharapkan generasi muda pun bisa untukikut budaya ini. “ tamdasnya. (AGE)

Related

budaya 5014513038926451276

Posting Komentar

emo-but-icon

item